Kamis, Desember 03, 2009

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

Saat berkunjung ke-3 kalinya ke Gramedia BSM yang sedang sale 30% all items, saat aku memberes-bereskan tumpukan buku yang berantakan sambil bergumam dalam hati "Asyik juga sepertinya kerja di sini, betah rasanya bisa membereskan tumpukan buku-buku", tanpa sengaja aku meraih buku ini, dan membaca bagian belakangnya. "Tere Liye lewat novel ini mengajarkan saya bagaimana memaknai kehilangan. Rasa kehilangan yang begitu rumit, sakit, tapi tidak untuk Tere Liye, semuanya begitu indah dalam bingkai kesederhanaan...". Komen ini membuatku tertarik untuk membalik-balik beberapa halaman di dalamnya, dan kebetulan aku menemukan satu buku yang kondisi plastiknya sudah terbuka. Beberapa kalimat pada halaman yang aku baca membuat aku semakin tertarik pada buku ini, sehingga tanpa berpikir dua kali, aku langsung membelinya.

Dan akhirnya, buku ini aku habiskan hanya dalam waktu dua hari. Sungguh menggugah hati cerita di dalamnya. Bercerita tentang Ray, seorang anak yatim piatu yang merasa hidup selalu tidak adil, dan terus mempertanyakan nasib buruknya, hingga tiba pada saat dia diberi kesempatan untuk mengajukan 5 pertanyaan pada seorang malaikat, 5 pertanyaan yang selama ini selalu dia tanyakan sepanjang jalan kehidupannya, 5 pertanyaan yang membuatnya tersentak atas jawabannya, saat malaikat itu menjawabnya dengan cara menunjukkan kembali jalan hidup yang sudah pernah dilaluinya secara flash back. "Tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam kehidupannya akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke orang lain…."

Ada kalanya kita pun memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan dalam hidup kita. Mempertanyakan kenapa harus kita yang mengalami saat mendapat cobaan, mempertanyakan mengapa kita tidak diberi kesempatan yang lebih baik, mempertanyakan mengapa Tuhan mengijinkan penderitaan kepada orang-orang baik. Pertanyaan-pertanyaan yang pada akhirnya membuat kita meragukan rencanaNya. Padahal sesungguhnya, tidak pernah ada kejadian yang sia-sia dalam hidup kita. Sayangnya kita lebih sering menilai sesuatu berdasarkan apa yang kasat mata, sehingga pada akhirnya selalu membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain, bahkan Tuhan, atas kondisi yang terjadi. Seperti yang Ray alami dalam novel ini, dia terus melakukan perbuatan jahat untuk membalas dengan perbuatan jahat, dan itu adalah 'adil' menurut dirinya. Padahal sesungguhnya, tidak pernah ada cara buruk yang akan mengantarkan pada kebaikan, dan tidak akan ada cara baik yang mengantarkan pada keburukan. Hidup bisa menjadi sederhana, apabila kita sikapi dengan keterbukaan hati, dan selalu penuh syukur.

Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji masa depan. Sebaliknya ketika merasa semua kesenangan, maka saat itu lihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan itu, pasti kau selalu bersyukur - Rembulan Tenggelam di Wajahmu

1 komentar:

suryo prasetyo mengatakan...

wah, mantab gan pertamax