Rabu, Desember 16, 2009

Kuingin Tahu Tentang Surga


Seperti apakah surga...
Aku dengar tidak ada kesedihan di sana
Penghuninya rasakan bahagia tiada tara

Dimanakah surga itu berada...
Katanya akan banyak malaikat di sana
Yang wajahnya akan bersinar bak cahaya

Mungkin akan banyak bidadari kecil menari
Diiringi lantunan suara merdu yang terus bernyanyi
Kedamaiannya sungguh belum pernah terasakan oleh hati

Sepertinya akan ada taman langit indah berbunga
Dengan riak air bergemericik mengalir bermuara
Keindahannya sungguh belum pernah terlihat oleh mata

Dengan siapakah kita akan hidup di sana?
Akankah kita berjumpa dengan orang yang sama?
Akankah kita kenali mereka seperti saat kita hidup di dunia?

Sesungguhnya, surga itu tempat ataukah rasa?

Selasa, Desember 15, 2009

Jutaan Bulir Air Hujan

Bayangkanlah sebuah kolam luas
Kolam itu tenang
Saking tenangnya terlihat bak kaca

Tiba-tiba hujan deras turun
Bayangkan, ada berjuta bulir air hujan yang jatuh di atas air kolam
Membuat riak
Jutaan rintik air yang terus-menerus berdatangan
Membentuk riak
Kecil-kecil memenuhi seluruh permukaan kolam

Begitulah kehidupan ini, bagai sebuah kolam raksasa
Dan manusia bagai air hujan yang berdatangan terus-menerus
Membuat riak
Riak itu adalah gambaran kehidupannya

Siapa yang peduli dengan sebuah bulir air hujan yang jatuh ke kolam
Menit sekian, detik sekian
Ada jutaan bulir air hujan lain
Bahkan dalam sekejap riak yang ditimbulkan tetes hujan barusan sudah hilang
Terlupakan, tak tercatat dalam sejarah

Siapa yang peduli dengan anak manusia
Yang lahir tahun sekian, bulan sekian, tanggal sekian, jam sekian, menit sekian, detik sekian
Ada miliaran manusia, dan bahkan dalam sekejap
Nama, wajah, dan apalah darinya segera lenyap dari muka bumi
Ada seribu kelahiran dalam setiap detik, siapa yang peduli
Itu jika engkau memandang kehidupan dari sisi yang amat negatif

Kalau engkau memahaminya dari sisi positif, maka kau akan mengerti
Ada yang peduli atas bermiliar-miliar bulir air yang membuat riak tersebut
Peduli atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam
Sekecil atau sekejap apapun riak itu
Dan saat kau menyadari ada yang peduli
Maka kau akan selalu memikirkan dengan baik
Semua keputusan yang akan kau ambil

Sekecil apapun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat
Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan
Tak ada yang bisa mengubahnya, kecuali satu
Yaitu kebaikan
Kebaikan bisa mengubah takdir
Nanti engkau akan mengerti
Betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja
Telah merubah siklus sebab-akibat milikmu
Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang dilakukan dengan sengaja

Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu
Seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa mengubah siklusnya
Maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik
Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia
Mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain,
Tapi dia tetap mengisi sebaik mungkin

Dikutip dari : Rembulan Tenggelam Di Wajahmu - Tere Liye

Selasa, Desember 08, 2009

Sesuatu Yang Berharga

Sesuatu yang berharga, kadang memang suka terlupa
Akan selalu ada, sehingga kita mengabaikannya
Akan selalu sedia, sehingga kita menjadi sesukanya

Sesuatu yang berharga, kadang kita tak mengetahuinya
Begitu mengisi seluruh hidup kita, sehingga kita menjadi terbiasa
Begitu menyatu dengan diri kita, sehingga kita tak lagi menyadarinya

Sesuatu yang berharga, akan membuat luka saat tak lagi ada
Timbulkan pedih tak terkira, saat ditinggalkannya
Sayangnya baru saat itu, kita akan menyadarinya...

Jumat, Desember 04, 2009

Melepaskan Kepura-Puraan

Adakah rasa ketidakpuasan
Telah membuatmu ingin menjadi orang lain

Tidakkah kamu merasa lelah
Memegang peran yang tidak seharusnya

Sesungguhnya penolakan diri
Hanya akan menimbulkan kebencian

Bagaimana mencintai diri sendiri
Apabila kau tidak dapat menghargainya

Bagaimana menjadi indah
Bila menutupi dirimu yang sesungguhnya

Tunjukkan apa adanya kamu
Akan ada yang istimewa di situ

Karena kamu,
Adalah sebaik-baiknya apa adanya kamu

Jadilah sesuatu yang bernilai
Dengan menampilkan dirimu yang sesungguhnya

Karena manusia dengan segala keunikannya
Adalah rancangan sempurna dari Sang Pencipta

Kamis, Desember 03, 2009

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

Saat berkunjung ke-3 kalinya ke Gramedia BSM yang sedang sale 30% all items, saat aku memberes-bereskan tumpukan buku yang berantakan sambil bergumam dalam hati "Asyik juga sepertinya kerja di sini, betah rasanya bisa membereskan tumpukan buku-buku", tanpa sengaja aku meraih buku ini, dan membaca bagian belakangnya. "Tere Liye lewat novel ini mengajarkan saya bagaimana memaknai kehilangan. Rasa kehilangan yang begitu rumit, sakit, tapi tidak untuk Tere Liye, semuanya begitu indah dalam bingkai kesederhanaan...". Komen ini membuatku tertarik untuk membalik-balik beberapa halaman di dalamnya, dan kebetulan aku menemukan satu buku yang kondisi plastiknya sudah terbuka. Beberapa kalimat pada halaman yang aku baca membuat aku semakin tertarik pada buku ini, sehingga tanpa berpikir dua kali, aku langsung membelinya.

Dan akhirnya, buku ini aku habiskan hanya dalam waktu dua hari. Sungguh menggugah hati cerita di dalamnya. Bercerita tentang Ray, seorang anak yatim piatu yang merasa hidup selalu tidak adil, dan terus mempertanyakan nasib buruknya, hingga tiba pada saat dia diberi kesempatan untuk mengajukan 5 pertanyaan pada seorang malaikat, 5 pertanyaan yang selama ini selalu dia tanyakan sepanjang jalan kehidupannya, 5 pertanyaan yang membuatnya tersentak atas jawabannya, saat malaikat itu menjawabnya dengan cara menunjukkan kembali jalan hidup yang sudah pernah dilaluinya secara flash back. "Tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam kehidupannya akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang mereka ambil, setiap kenyataan yang harus mereka hadapi, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke orang lain…."

Ada kalanya kita pun memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan dalam hidup kita. Mempertanyakan kenapa harus kita yang mengalami saat mendapat cobaan, mempertanyakan mengapa kita tidak diberi kesempatan yang lebih baik, mempertanyakan mengapa Tuhan mengijinkan penderitaan kepada orang-orang baik. Pertanyaan-pertanyaan yang pada akhirnya membuat kita meragukan rencanaNya. Padahal sesungguhnya, tidak pernah ada kejadian yang sia-sia dalam hidup kita. Sayangnya kita lebih sering menilai sesuatu berdasarkan apa yang kasat mata, sehingga pada akhirnya selalu membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain, bahkan Tuhan, atas kondisi yang terjadi. Seperti yang Ray alami dalam novel ini, dia terus melakukan perbuatan jahat untuk membalas dengan perbuatan jahat, dan itu adalah 'adil' menurut dirinya. Padahal sesungguhnya, tidak pernah ada cara buruk yang akan mengantarkan pada kebaikan, dan tidak akan ada cara baik yang mengantarkan pada keburukan. Hidup bisa menjadi sederhana, apabila kita sikapi dengan keterbukaan hati, dan selalu penuh syukur.

Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji masa depan. Sebaliknya ketika merasa semua kesenangan, maka saat itu lihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan itu, pasti kau selalu bersyukur - Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Selasa, Desember 01, 2009

Desember, Dulu Dan Sekarang...

Karena membaca status facebook salah seorang sahabatku tentang kenangan masa kecilnya di setiap bulan Desember, serentak ingatanku juga melayang kembali ke salah satu moment masa kecilku di Lampung, kota kelahiranku.

Aku sangat menyukai suasana di bulan Desember. Bulan Desember selalu aku nanti dengan penuh keceriaan, karena identik dengan suasana natal dan liburan sekolah. Suasana bernuansa natal bercampur kebahagiaan karena kami sekeluarga dapat berkumpul kembali, dikarenakan pada waktu-waktu biasa, kedua orang tuaku sibuk dengan kegiatan kantornya dan kakak-kakakku berada di lain kota guna meneruskan studynya.

Kesibukan mempersiapkan hari natal sudah dimulai pada awal-awal bulan Desember. Dimulai dengan membuka kardus besar berdebu dari gudang, tempat menyimpan pohon natal dan pernak-perniknya. Batang-batang pohon natal tersebut akan kami cuci dulu dengan air sabun, setelah dikeringkan biasanya aku yang akan mengelompokkan batang-batang itu berdasarkan ukurannya, dari yang paling besar ke yang paling kecil. Papi dan mami biasanya sibuk mengecek kabel lampu-lampu natal, mengganti lampu yang sudah rusak dengan yang baru. Setelah itu kami akan mulai menghiasnya bersama-sama. Tak lupa sentuhan akhir, cabikan kapas di beberapa bagian, sehingga seolah pohon natal diselimuti salju. Biasanya sebelum tidur malam, saat lampu di ruang tengah sudah dimatikan, aku selalu menyempatkan diri memandang pohon natal yang berkedap-kedip indah.

Teringat masa-masa memilih kartu natal dengan berbagai gambar yang lucu-lucu, membuat list teman-teman dan kerabat yang hendak dikirimi ucapan selamat, menulisi kartu satu demi satu, menempeli perangko, dan memasukkannya ke kotak pos. Jadi membandingkan dengan masa-masa sekarang, dimana ucapan selamat natal hanya dikirim lewat sms. Praktis memang, tapi sungguh mengurangi 'feel'nya.

Mami juga kembali membuka-buka kumpulan resep, dan menu kue wajib setiap bulan natal kembali dibuat. Kue nastar, kue lidah kucing, kue semprit, kacang bawang dan bolu chiffon cake. Terkadang aku suka menambahkan dengan uji coba resep kue baru yang sebelumnya belum pernah aku buat sama sekali, tentu saja mami selalu bertindak sebagai finishing akhir membantu penyelesaian kue-kue hasil uji cobaku. Dimana-mana mami tetaplah seorang mami, selalu membantu anak perempuannya yang mengaku punya hobi membuat kue tapi dengan kemampuan yang masih seadanya. I love you, mom!

Hari ini, hari pertama di bulan Desember. Tentu saja dengan suasana yang berbeda dengan dulu. Ketiga kakakku sudah berkeluarga, tentunya mereka sibuk menyiapkan natal dengan keluarga masing-masing. Aku tinggal bertiga dengan papi mami di rumah. Tapi saat ini pun papi sedang berkunjung ke Batam, menengok anak dan cucunya di sana. Aih, sepertinya akan menjadi bulan Desember yang sepi. Sungguh, tiba-tiba aku jadi sangat merindukan kebersamaan sewaktu aku masih kecil dulu...

It's Only Christmas - Kate Ceberano & Ronan Keating