Sabtu, April 10, 2010

Siapkah Kalian Bila Tiba Waktunya?

Terkadang beberapa orang tertentu tabu untuk membicarakan kematian. Padahal kematian adalah hal yang wajar, sama wajarnya seperti sebuah kelahiran, keduanya sudah menjadi bagian dari siklus kehidupan manusia yang tidak bisa dihindari. Lahir, menjadi dewasa, menjadi tua, mengalami kematian, adalah perputaran kehidupan “sementara” manusia di dunia kita ini. Tidak pernah ada yang tahu kapan saat itu akan tiba, karena kematian datang tanpa permisi. Bisa jadi kemarin kita masih bercanda, tertawa, tanpa pernah terpikir saat itu akan menjadi saat terakhir. Biarpun kita sadar semua akan mengalaminya, kematian tetap akan menimbulkan duka akan rasa kehilangan, dan bagi yang ditinggalkan tidak akan pernah merasa siap untuk mengalaminya.

Persis seperti kejadian yang aku alami sendiri. Beberapa hari lalu aku mengambil cuti dari pekerjaan kantorku, dikarenakan ada keperluan di luar kota. Saat bangun pagi, aku dikagetkan dengan berita yang dikirim melalui sms oleh temanku, berita tentang kabar kematian salah seorang teman kantorku. Kepergian mendadak yang membuat kaget semua orang, apalagi sehari sebelumnya dia masih bekerja seperti biasa, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. Selama ini tidak terdengar dia ada menderita suatu penyakit tertentu, dan dia juga termasuk orang yang selalu menjaga kesehatan. Aku sendiri tidak pernah mengira, pertemuan sebelum libur long weekend minggu kemarin adalah pertemuan terakhir dengannya. Bahkan sampai saat ini, aku masih seperti yang tidak percaya kalau dia sudah pergi mendahului kami. Dia pergi meninggalkan seorang istri dan anak perempuan yang baru berumur 10 tahun. Sang anak terlihat tabah, bahkan menghibur mamanya “Mama jangan menangis, nanti aku jadi ikut menangis juga” Mamanya bercerita dengan berurai air mata, anaknya menulis sepucuk surat untuk papanya, yang antara lain isinya dia meminta maaf kalau terkadang menjadi anak yang tidak patuh, hingga sampai pada saat mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya…

Apakah aku takut akan kematian? Ada kecemasan, karena aku belum pernah mengetahui, bentuk kehidupan seperti apa yang akan aku temui setelah kehidupan sekarang. Ada rasa takut, disebabkan karena aku merasa belum cukup melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan berguna bagi orang-orang yang aku sayangi. Juga ada rasa tidak percaya diri, karena aku belum merasa siap untuk bertanggung jawab atas semua perbuatan-perbuatan semasa hidupku.

Kematian bisa pergi menjemput setiap saat, dan bila sudah waktunya tidak pernah ada yang bisa menghindarinya. Hidup ini sebenarnya sangatlah singkat. Akan lebih baik apabila kita mengisinya dengan hal-hal berguna, bukan hanya dengan keluhan. Belajar mensyukuri hidup, janganlah diisi dengan cercaan dan makian. Karena kapan saat itu tiba, kita memang tidak akan pernah tahu.

Tapi ada yang lebih aku takuti, dibanding kematianku sendiri. Aku lebih takut menghadapi kematian orang-orang yang aku sayang. Aku takut akan rasa kehilangan. Kalau boleh memilih, aku tidak ingin menjadi orang yang ditinggalkan. Bahkan aku masih ingat, saat aku masih kecil, aku pernah tiba-tiba berkata kepada mami sambil menangis “Aku kan anak paling kecil, jadi nanti meninggalnya paling akhir, aku tidak mau seperti itu”. Saat itu mamiku hanya tersenyum sambil menenangkanku, menghadapi kepolosan seorang anak kecil, yang berpikir hanya umur tua lah yang bisa mengakhiri sebuah kehidupan. Bahkan hingga kini dewasa, aku kadang bercanda dengan tunanganku, “Janji ya, kamu tidak boleh pergi duluan, kalau sampai harus ada yang pergi duluan, itu harus aku”. Mungkinkah aku egois dengan cara pikirku ini? Kematian bagi yang mengalaminya, mungkin hanyalah perubahan bentuk dari kehidupan sekarang menjadi kehidupan yang lain. Tapi bagi yang ditinggalkan, tentunya tidak sesederhana itu, akan ada waktu-waktu sulit yang harus dilewatinya. Biarlah kalian menilai ini adalah salah satu bentuk keegoisanku. Tapi aku tetap lebih memilih menjadi orang yang meninggalkan daripada yang ditinggalkan, karena aku sungguh lebih takut menghadapi rasa kehilangan akan kematian orang-orang tersayang dibanding kematian itu sendiri...