Rabu, April 09, 2008

Perpisahan, Kesedihan & Tangisan

Apa maksud dari sebuah pertemuan, kalau harus diakhiri dengan perpisahan. Apa maksud dari sebuah kebahagiaan, kalau harus diakhiri dengan kesedihan. Apa maksud dari sebuah canda tawa, kalau harus diakhiri dengan tangisan. Apakah supaya kita lebih menghargai sebuah pertemuan? Apakah supaya kita lebih menghargai kebahagiaan? Apakah supaya kita lebih menghargai canda tawa? Betapa mahal harga semua itu.

Sebenarnya, mengapa harus ada perpisahan? Pertemuan dengan orang tertentu, yang membuat kita merasa nyaman karenanya. Perkenalan yang telah membuat semakin dekat. Komunikasi yang terus dijalin sehingga membuat jiwa semakin bertemu. Lalu kenapa semua harus diakhiri?

Apakah sebuah kesalahan, bila kita ingin memperjuangkan kebahagiaan kita? Apakah sebuah kesalahan, apabila dengan memperjuangkan kebahagiaan itu, kita harus mengorbankan kebahagiaan orang lain? Padahal, bahagia itu awalnya sangat sederhana. Tidak akan menyakiti siapa pun. Tapi kini, bahagia telah membuat luka. Apakah itu karena, sifat egois yang belum bisa ditinggalkan?

Canda tawa yang biasa ada, mengapa itu juga harus diakhiri dengan tangisan. Mengapa tak bisa bercanda dan tertawa selamanya? Mengapa harus ada tangisan, padahal tangisan itu hanya akan membuat sakit di dada?

Bagaimana apabila suatu saat kita dituntut untuk mengakhiri suatu pertemuan? Kalaupun hal itu dilakukan secara perlahan, bukankah itu sama artinya, dengan menyakiti secara perlahan? Dia yang telah memberi tawa, di saat kau menangis. Memberi bahagia, di saat kau sedih. Yang telah begitu kau percaya, yang telah kau anggap orang terdekatmu, sahabat terdekatmu, dan tiba-tiba dia akan meninggalkanmu. Apa yang akan kau lakukan? Menangisinya? Apakah dengan menangisinya, akan membuatnya kembali padamu?

Bagaimana sebenarnya cara yang benar untuk menghadapi perpisahan, kesedihan dan tangisan?

3 komentar:

Veridiana mengatakan...

Kesedihan dan kebahagiaan adalah dua sisi mata uang dalam siklus yang harus kita lalui, seperti saudara kembar yang tak dapat dipisahkan.

Dalam bahasa Kahlil Gibran, ketika kita bercengkerama dengan kebahagiaan di ruang tamu, kesedihan sedang menunggu di
pembaringan.

Kesedihan telah menjadi tangga
kedewasaan, kearifan, dan kedamaian yang amat mengagumkan.

Menghadapinya? Tidak menerima, tidak menolak, hanya melihat dalam diam.

Julietta Lie mengatakan...

Veridiana,
Kesedihan memang mendewasakan kita, dan mungkin memang benar, selamanya akan menjadi bagian dari kebahagiaan...

Thanks for the comment :)

boysnocry mengatakan...

Apapun dan bagaimanapun kejadian yg ada dimuka bumi ini, tidak ada obat penawar yg paling ampuh untuk menjalaninya selain rasa IKHLAS kepada segala ketetapan sang pemegang kuas kehidupan...apakah itu hitam putih, menang kalah ataupun apa saja...