Rabu, Februari 17, 2010

Seekor Kucing Kecil

Akhir-akhir ini ada seekor anak kucing kecil yang selalu mengganggu pikiranku bila tak sengaja menjumpainya. Seekor kucing kecil yang kini tinggal berdua bersama induknya, entah kemana 2 ekor saudaranya, semula mereka selalu terlihat bermain bertiga, tapi kini hanya tinggal seekor, warnanya putih bercampur totol-totol kelabu. Dia sangat penakut terhadap manusia, mungkin sering diwanti-wanti oleh induknya, kalau banyak manusia jahat di sekitar mereka yang tidak menghendaki keberadaan mereka. Biarpun beberapa kali aku sering memberinya makan, tapi sekali pun aku tidak pernah berhasil mengelusnya. Dia selalu menghampiri makanan yang kuberikan saat aku sudah beranjak menjauh. Dan dia selalu berlari pergi saat aku kembali berusaha mendekati. Aku hanya bisa mengamatinya dari kejauhan. Yang membuat hatiku risau, sudah tiga hari terakhir ini, kaki depan kirinya terlihat pincang, dan sepertinya agak parah. Entah mungkin terinjak orang, atau tertabrak motor. Ingin sekali aku bisa mendekati, menggendong dan memeriksa kakinya, tapi seperti biasa, dia selalu berusaha menjauh saat aku mencoba mendekat. Aku begitu khawatir, kalau-kalau kakinya akan cacat permanen, karena sering aku memperhatikan secara diam-diam lewat jendela, sepertinya kakinya bengkak sampai-sampai tdk bisa untuk menapak secara normal, sehingga selalu ditekuknya saat dia gunakan untuk berjalan.

Mungkin sebagian orang akan menilai kekhawatiranku berlebihan, toh hanya seekor kucing, dan entah ada berapa banyak ekor kucing terlantar yang hidup di jalanan, yang setiap harinya selalu berjuang hidup dengan mencari sisa-sisa makanan di tong sampah. Tapi binatang yang satu ini memang hampir selalu mengusik hatiku saat tak sengaja aku melihatnya terlantar di jalan. Apalagi apabila yang kujumpai adalah kucing kecil yang terpisah dari induknya.

Pernah juga suatu saat, pagi-pagi begitu sampai di tempat kerja, ada seekor kucing kecil penuh luka, menggigil kedinginan, dan berteriak mengeong keras sekali, mengundang iba. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menggendongnya, membungkusnya dengan kain, dan menaruhnya di sebuat pot tanaman, yang letaknya tak jauh dari ruang kerjaku. Aku berusaha memberinya makan, tapi sepertinya dia tak ada keinginan makan, hanya mencium-ciumnya sedikit, tampak tak berselera. Akhirnya kuelus-elus dia dalam bungkusan kainnya, dan tak lama dia tertidur. Kulihat badannya, di beberapa tempat penuh luka, entah disebabkan karena apa. Sesekali dia kutengok, dan kuraba badannya, terasa mulai menghangat dan sudah tidak menggigil lagi. Dan percaya atau tidak, dia terus tertidur dari pagi hingga jam kerjaku usai. Akhirnya aku terpaksa membatalkan janjiku sore itu untuk bertemu dengan teman-temanku, karena aku lebih memilih pulang ke rumah dan membawa pulang kucing kecil itu. Namanya Luna, dan baru sehari saja di rumah, dia sudah kembali menjadi lincah dan bermain bersama kucing-kucing peliharaanku yang lain. Sayangnya Luna tidak berumur panjang. Suatu pagi mami menemukannya tercemplung ke dalam bak mandi, tidak ada yang mengetahuinya, dan pada saat ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Aku masih ingat, mami memberiku kabar duka itu saat aku baru saja tiba di kantor. Aku langsung menangis mendengarnya. Aku berusaha menghibur diriku, setidaknya aku sudah berusaha melakukan yang bisa aku lakukan untuk Luna, dengan membawanya pulang dan merawat luka-lukanya. Mungkin saat ini Luna sudah ada di surga, bermain bersama Kathy, kucingku yang sudah mendahului Luna.

Pernah lagi aku sedang melintas di suatu jalan mengendarai mobil. Di sisi kiri tampak seekor induk yang sedang menjilati seekor anaknya, sedangkan tepat di depan mobil, terlihat seekor lagi anak kucing yang sedang mengendus-ngendus sesuatu, yang ternyata setelah kuperhatikan ternyata seekor anak kucing juga, yang sudah mati karena terlindas entah oleh siapa, tergeletak begitu saja di tengah jalan, ditunggui oleh salah seorang saudaranya, yang tak juga mau pergi meninggalkan. Sampai-sampai seorang pejalan kaki harus menggendongnya dan meletakkannya di dekat induknya. Miris hatiku melihatnya.

Terkadang aku berpikir, kenapa ada manusia-manusia tertentu yang sangat membenci kucing, bukan hanya sekedar menendang, tapi ada juga yang sampai tega dengan sengaja membunuhnya. Ini kualami sendiri, karena seekor kucingku pernah kutemukan tergeletak di halaman rumah dengan kondisi sekarat karena habis dipukuli. Mamiku menggendongnya dan meletakkannya di dalam kardus. Kuperhatikan, dia menatapku, mengeong lemah seperti hendak mengucapkan sesuatu, dan tak lama pun dia pergi. Pernah lagi kucingku yang lain, mengeong minta dibukakan pintu, karena hendak bermain di luar. Dan tak lama setelah itu, pembantuku berteriak karena menemukannya tergeletak di depan pagar rumah dengan kondisi mengeluarkan busa putih dari mulutnya. Ada yang dengan sengaja meracunnya. Kugendong dan kubungkus kain, dengan paksa kumasukkan cairan norit ke dalam mulutnya. Tapi kondisinya sudah tak tertolong, tak lama dia pun pergi. Kembali aku meneteskan air mata mengiringi kepergiannya. Sempat terbesit rasa bersalah karena aku telah membukakan pintu untuknya. Seandainya tidak, dia pasti masih bersamaku saat ini.

Bagi orang-orang tertentu, kucing hanya merupakan binatang pengganggu, yang keberadaannya mengganggu kenyamanan hidup mereka. Padahal saat kita bisa menyukai mereka, kucing bisa menjadi binatang lucu yang sangat menghibur. Seperti Kus-Kus, salah satu kucing peliharaanku di rumah, aih, tingkahnya sangat lucu dan menggemaskan. Kucing pun sebenarnya bisa mengerti, mana manusia yang bersahabat dengan mereka, mana yang tidak menghendaki kehadiran mereka. Kus-Kus akan menyambut kepulanganku dengan riang, mendahului masuk saat aku membuka pintu kamar, langsung berlari mendekat saat kuteriakkan namanya. Sebaliknya terhadap orang-orang tertentu, dia akan begitu tidak peduli dan dianggapnya seolah tak ada, walaupun namanya dipanggil berkali-kali.

Sering aku berkhayal, andai saja aku bisa mempunyai sebuah rumah, yang khusus aku peruntukkan untuk kucing-kucing terlantar, dipelihara oleh orang-orang yang memang seorang pecinta kucing. Dirawat dan dimandikan secara berkala, diberi makan dengan teratur, aih, tentunya akan tercipta sebuah 'surga' kucing terlantar.

Setidaknya, jika kalian bukan pecinta kucing, cukup menjauhlah dari mereka, tidak perlu menendang ataupun sengaja memukulnya. Mereka hanya mahluk kecil, yang bertindak berdasarkan insting semata. Tidak perlu kalian bertindak berlebihan dengan sengaja mencelakakannya. Apalagi sebenarnya, mereka bisa menjadi teman bermain yang sangat menghibur. Coba saja ambil seutas tali, gerak-gerakkan tali itu di depan mereka, dengan segera mereka akan mengejar dan bermain dengan gembira, bahkan melupakan kalau sebelumnya kalian telah menyakiti mereka...

Tidak ada komentar: